Thursday, March 31, 2011

Self Learning Remove and Install

SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL
(TECHNICAL TERM)

ENGINE
Engine Low Idle
Putaran terendah engine tanpa beban

Engine High Idle
Putaran tertinggi engine tanpa beban

Endplay Of Crankshaft/Crankshaft End Clearence on Engine with Rubber Damper
Gerak bebas crankshaft dalam arah aksial (searah sumbu), diukur menggunakan dial gauge yang dipasang pada ujung crankshaft lalu crankshaft tersebut diungkit menggunakan prybar kesalah satu sisi.

Engine Hunting
Kondisi dimana putaran engine tidak stabil pada satu kecepatan (turun – naik).
Penyebab : fuel system kemasukan udara, fuel system failure, suhu kerja engine masih rendah, dll.

Engine Overheat
Suatu kondisi dimana suhu kerja aktual engine melebihi suhu kerja maksimum
Penyebab : kerja unit overload, cooling system failure, fuel system failure, dll

Coating Material
Material berbentuk pasta yang diberikan pada bagian komponen dengan tujuan untuk merekat, menyekat, mengikat atau anti karat.
Kategori coating material :
a.   Adhesive         Merekatkan permukaan dua komponen yang berbeda. Jenis :
Thread Kocking : mengunci bolt
Retaining : Mengunci bearing pada tempatnya
                   b.   Sealant          Mengisi atau menyekat celah untuk mencegah kebocoran Jenis : Pipe Sealant dan Liquid Gasket
                   c.    Anti Seize / Anti friction           Mencegah macetnya bolt dan nut akibat karat.

Detonasi
Fenomena naiknya tekanan pembakaran secara abnormal (tinggi sekali) sehingga menimbulkan suara selain suara pembakaran di ruang bakar (engine knocking). Ini diakibatkan oleh terlalu panjangnya delay period sehingga volume fuel yang menumpuk sebelum ignition point terlalu banyak. Penyebab :
-        Timing injeksi tidak tepat (advance)
-        Kualitas fuel kurang baik
-        Problem pada fuel system

Engine overrunning
Putaran engine yang melebihi putaran high idlenya. Dapat mengakibatkan kerusakan engine. Penyebabnya :
-        Fuel return line tersumbat
-        FIP governor problem
-        (engine on unit) salah dalam gear shifting

Alignment Prosedure
Prosedure pelurusan hubungan antara engine dengan transmisi, dimana perbedaan kelurusan antara keduanya tidak boleh lebih dari 3 mm. Dimana bila lebih dari 3 mm akan mengakibatkan kerusakan pada bearing dan shaft.

2.    POWERTRAIN MODULE
Torque Converter Stall
Kondisi dimana pump berputar bersama dengan engine sementara turbin tidak berputar karena beban berlebih. Putaran engine yang terukur mendekati rated rpm (rpm engine saat hp tertinggi).

Shift Up dan Shift Down Point
Putaran input transmisi (putaran engine) saat shift up atau shift down berbeda saat power mode dengan saat braking mode. Saat braking mode, shift up dan shift down point dinaikkan dengan tujuan agar tidak mudah shift up/shift down sehingga putaran engine tetap tinggi untuk memaksimumkan flow oli brake cooling dan untuk efek engine brake.

Transmission Clutch Pressure
Oil pressure untuk men-engaged-kan clutch transmisi. Berpengaruh besar bagi transfer power di transmisi.

Full Stall
Merupakan gabungan antara torque converter stall dengan hydraulic stall. Rpm engine yang terukur hampir mendekati rpm engine saat torque tertinggi.

Element, Stage dan Phasa
Element menyatakan jumlah komponen utama torque converter, yaitu pump, turbin dan stator
Stage menyatakan jumlah tubin torque converter
Phasa menyatakan tingkat kenaikan efisiensi
Speed Ratio dan Torque Ratio
Speed ratio menyatakan perbandingan antara jumlah putaran output dengan jumlah putaran input.
Torque ratio menyatakan perbandingan antara besar torque output dengan besar torque input.
Speed ratio = 1 / torque ratio

3.    CONTROL VALVE & HOIST, STEERING CYLINDER & TIE-ROD
Internal Leakage
Kebocoran yang terjadi didalam komponen itu sendiri dari sisi tekanan tinggi ke tekanan rendah. Penyebab :
Clearence yang terlalu besar akibat keausan, Sealing komponen failure, seperti : O-ring, oil seal, dll.

Spool Stroke
Panjang langkah spool (memiliki standard stroke). Spool stroke mempengaruhi flow oli yang ke attachment yang akhirnya mempengaruhi kecepatan gerak attachment.

Snubber Valve
Menghambat flow oli yang kembali dari hoist cylinder menuju drain saat operasi hoist-up dengan tujuan untuk mencegah dump body terjungkit akibat sisa muatan di ujung dump body.

4.    HYDRAULIC PUMP
Internal Leakage Of Pump
Kebocoran oli yang terjadi di sisi discharge ke sisi suction, melewati :
Side Clearence : Clearence antara sisi gear dengan side plate
Top Clearence : Clearence antara puncak gear dengan housing
Backlash : Clearence antara gigi-gigi gear pump

Flow Rate
Jumlah aliran fluida (oli) yang dihasilkan oleh suatu sumber/source (pompa). Dihitung dalam satuan Liter Per Menit (LPM) atau Gallon Per Menit (GPM).

Variable Aksial Piston Pump
Piston pump tipe aksial dimana susunan pistonnya searah sumbu pompa, dan volume discharge-nya dapat bervariasi setiap putaran pompa, tergantung dari variasi besar sudut swashplate-nya.

5.    FRONT AXLE WHEEL AND SUSPENSION
Run Out
Gerak menyimpang dalam arah radial (tegak lurus sumbu) atau aksial (searah sumbu, face run out) yang diukur dari ujung sebuah shaft yang diputar. Menggunakan dial gauge.

Preload
Beban yang sengaja diberikan pada sebuah benda berputar yang ditumpu oleh cone bearing / taper roller bearing, dengan tujuan mendapatkan bearing clearence. Preload pada masing-masing komponen mempunyai besar tertentu dalam satuan kg atau kgm.
Preload terlalu kecil        posisi komponen tidak kokoh
Preload terlalu besar        bearing overheat, keausan bearing

Shock Absorber
Peredam kejutan

Charging Height
Tinggi rod suspensi yang diukur saat proses charging

Oiling Height
Tinggi rod suspensi yang diukur saat proses oiling

Oiling Prosedure
Prosedure pemasukan oli pada suspensi

Charging Prosedure
Prosedure pemasukan gas Nitrogen pada suspensi

6.    REAR SUSPENSION
Hydropneumatic Suspension
Suspensi yang bekerja dengan memanfaatkan gaya hydraulic (Oli) dan pneumatic (gas nitrogen).
Fungsi hydropenumati suspensi : Sebagai spring dan menjamin semua roda kontak dengan tanah dan sebagai shock absorber.






Front Suspension sama dengan rear suspension







 









7.    REAR AXLE AND WHEEL
Full Floating Type Rear Axle
Roda ditumpu oleh axle housing melalui dua wheel bearing pada masing-masing sisinya. Beban unit hanya ditumpu oleh axle housing. Sedangkan axle shaft hanya meneruskan putaran ke roda, contoh : rear axle 530M & HD785-3/5.


 










Half Floating Type Rear Axle
Roda bertumpu langsung pada axle shaft. Axle shaft bertumpu pada axle housing meneruskan putaran ke roda. Axle housing dan shaft bersama-sama membagi beban unit sama besar.







¾ Floating Type
Merupakan gabungan antara half floating dengan full floating. Tipe ini jarang digunakan.









Jack Bolt
Bolt yang digunakan sebagai dongkrak untuk melepas sub komponen dari komponen utama.
        
Multiple Disc Brake
Brake yang terdiri dari susunan disc dan plate yang berjumlah lebih dari satu.

Splash Type Lubrication
Pelumasan komponen dengan cara percikan , lawannya adalah Forced Type Lubrication, yaitu sistem pelumasan bertekanan.

Cone Bearing
Tipe bearing dimana rollernya berbentuk tirus (taperred roller) . Berfungsi menahan beban aksial dan radial sekaligus sambil berputar.

Adjustment Free Bearing
Cone bearing yang langsung dapat dipasang  tanpa memerlukan penyetelan preload lagi karena sudah factory adjusted. Bearing tersebut disuplay dalam satu set bearing dengan racenya.


 






8.    ELECTRICAL SYSTEM
Continuitas
Kondisi putus hubungnya suatu sambungan elektrik, biasa diukur menggunakan Ohm-meter.
0 ohm              kontinyu (terhubung)
Tak terhingga            discontiue (terputus)

Grounding
Terjadinya kontak antara kabel power dengan chasis / ground, sehingga arus yang ke beban tidak full.
Diukur menggunakan ohm-meter antara kabel power dengan chasis (Power diputus)
Tahanan kecil         grounding
Tahanan tak terhingga           Good condition

Short Circuit
Terjadinya kontak antara kabel elektrik positip dengan kabel elektrik negatip , sehingga tidak ada arus yang sampai ke beban . Diukur menggunakan ohm-meter antara kabel positip dengan negatip (Power diputus) :
0 ohm           short circuit
Ada tahanan dengan nilai tertentu          good condition

Resistansi
Nilai perlawanan suatu komponen atau rangkaian listrik terhadap aliran /arus listrik.
9.    DUMP BODY
SWL(Safe Working Load)
Beban kerja aman, yaitu beban maksimum yang ditanggung oleh suatu alat angkat pada kondisi pemakaian tertentu.

Power Up Limit
Batas maksimum posisi dump body saat operasi hoist naik (power up). Posisi ini biasanya berada di bawah posisi dump body saat hoist full stroke. Posisi ini dapat disetel dengan mengubah posisi relatif Hoist Up Limit switch terhadap magnet yang menempel di dump body.

Power  Down Limit
Posisi relatif dari Body position Switch terhadap megnet yang menempel di dump body saat dump body duduk di main frame.

Body Pivot
Tumpuan dump body (fulcrum) di main frame untuk operasi power up dan power down.

10.  CABIN OPERATOR
Payload Meter
Sistem kalkulasi dan recording payload/beban secara otomatis yang terpasang di unit yang mengkonversi tekanan oli di suspensi menjadi tonnase.

Winshield
Kaca depan unit yang berfungsi sebagai pelindung bagi operator dari terpaan angin saat unit berjal

Circuit Breaker
Suatu komponen elektrik yang bekerja memutus aliran listrik saat terjadi arus berlebih akibat terjadi beban lebih di satu sirkuit elektrik. Arus berlebih itu menimbulkan panas yang membuat circuit breaker terbuka.

MOM (Maintenance & Operation Monitor)
Alat untuk memonitor kondisi unit untuk keperluan maintenance, troubleshooting dan operational unit. MOM menampilkan data unit yang dikirimkan oleh PMC (Powertrain Management Controller).

ROPS
Roll Over Protecting Structure. Structure cabin (jadi satu dengan cabin atau tidak) yang melindungi bagian dalam kabin saat unit terguling.


















                                                                SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL
(STRUCTURE AND FUNCTION)

HYDRAULIC PUMP
Steering and Brake Pump
Hydraulic pump tipe aksial piston yang mensuplay oli ke sirkuit steering and brake actuating circuit.

Pump Compensator Valve
Valve yang terpasang di steering and brake pump yang menjaga suplay pressure ke steering and brake actuating circuit sebesar 2750 Psi.

Hoist Pump
Eksternal gear type hydraulic pump (2 pompa tandem) yang mensuplay oli ke hoist circuit, bila tidak digunakan oli tersebut dialirkan ke circuit rear brake cooling.

Brake Cooling Pump
Eksternal gear type hydraulic pump (2 pompa tandem         front pump : rear brake cooling + rear pump : front brake cooling ) yang mensuplay oli ke circuit brake cooling front dan rear.
        
Transmission Pump
Eksternal gear type hydraulic pump yang mensuplay oli ke circuit torque converter dan transmission.

REAR SUSPENSION
Discharging Valve
Valve untuk mengeluarkan gas Nitrogen dengan cara memutar body body valve berlawanan arah jarum jam hingga gas Nitrogen keluar tapi tidak bersama oli. Jangan mengeluarkan gas Nitrogen dari charging valve karena akan merusak valve core.

Charging Valve
Valve untuk memasukkan gas nitrogen ke dalam suspensi menggunakan charging tool. Didalam charging valve ada valve core yang mencegah gas Nitrogen bocor keluar.

Pressure Sensor
Terpasang pada discharge valve masing-masing suspensi dan bekerja untuk mengukur pressure Nitrogen di susupensi. Aplikasinya untuk automatic suspension dan payload meter. Perubahan pressure akan diubah menjadi perubahan tegangan yang masuk ke suspension controller/payload meter.

3.    REAR AXLE AND WHEEL
1.       Bevel Gear
Berfungsi untuk mengubah arah putaran dan untuk mereduksi putaran guna mendapatkan kenaikan torque.
Ada 3 jenis bevel gear :
Straight bevel gear : Bevel gear jenis roda gigi lurus, banyak dipakai di industri.




Spiral bevel gear :  shaft bevel pinion dan shaft bevel gear segaris. Memiliki kelebihan : kontak yang smooth dan tidak berisik dan kapasitas torque besar.





Hypoid Bevel Gear : Shaft bevel pinion dan shaft bevel gear tidak segaris, memiliki pinion lebih besar dibanding spiral bevel gear, sehingga lebih smooth dan kapasitas torque lebih besar. Banyak digunakan di mobil dan kendaraan berat.



2.       Differential
Differential assy dirancang untuk tenaga putar (torque) dari drive shaft ke roda kiri dan kanan. Terdri dari : reduction unit (bevel gear assy) dan diffrential unit untuk membedakan putaran roda kiri dan kanan saat unit berbelok.


 








3.       Planetary Gear
Planetary gear terdiri atas 1 sun gear, 1 ring gear dan beberapa pinion gear yang diikat oleh carrier. Berfungsi untuk mengubah arah dan kecepatan putar serta torsi.









4.       Rear axle dan final drive assembly terpasang pada truck frame menggunakan 4 links dengan spherical bearing pada masing-masing ujungnya, sehingga memungkinkan axle untuk berosilasi mengikuti permukaan tanah.


 













5.       Parking brake calliper memiliki slack adjuster yang berfungsi untuk meng-adjust clearence antara parking brake disc dengan padnya dengan cara memutar adjustment screwnya.



 










4.    HOIST, STEERING CYLINDER AND TIE-ROD
Tie-Rod
Tie-rod berfungsi meneruskan gerakan dari satu knuckle arm ke knuckle arm yang lain dan mempertahankan jarak standard antara kedua roda depan.
Note : Pada 530M dan HD785, toe-in maupun toe out = 0

Steering Cylinder
Merupakan tipe double acting cylinder, yaitu gerakan retracting dan extending piston rod karena tekanan oli. Rod-end terpasang pada knuckle dan cylinder-end pada frame menggunakan spherical bearing dan pin.

Hoist Cylinder
Merupakan double acting cylinder jenis telescopic cylinder, yang tersusun atas beberapa cylinder sehingga dapat bergerak memanjang.
               



5.    POWERTRAIN MODUL
Torque Converter
Komponen pemindah tenaga (torsi dan putaran) dari engine ke transmisi dengan media oli.
Kelebihan torque converter dibanding main clutch :
Meredam kejutan akibat perubahan torsi engine
Meningkatkan torsi engine
Dilengkapi lock up clutch system yang mengubah torqflow drive           direct drive dengan menghubungkan secara mekanis antara pump dengan turbin sehingga effisiensi 100 %.

         2.       Torqflow Transmission
Memiliki 7 speed forward dan 1 speed reverse, planetary gear, multiple disc clutch  (7 clutch : M,H,L,3,2,1,R) dan dioperasikan  secara hidrolis. Pada transmission case terdapat transmission lubrication valve yang berfungsi membatasi tekanan maksimum di sistem lubrikasi transmisi.

         3.       Torque Converter Control Valve
                   Terdiri dari 3 buah valve :
                   Main relief valve            Membatasi tekanan maksimum di sirkuit torque converter dan transmisi
                   Torque converter relief valve           Membatasi tekanan oli yang masuk ke torque converter
                   Torque converter regulator valve           Membatasi tekanan oli didalam torque convereter
        
         4.       ECMV (Electronic Control Modulating Valve)
Berfungsi menaikkan tekanan oli di clutch transmisi secara perlahan dan membatasi tekanan oli di clutch transmisi.
ECMV memiliki 2 valve : Pressure control valve dan Flow sensor valve.
Pressure control valve memiliki sebuah proportional solenoid yang mendapat arus dari transmission controller dan pressure control valve mengubahnya menjadi hydraulic pressure.
Flow sensor valve bekerja mensensor flow oli dan saat clutch terisi penuh, flow sensor valve akan meng-ON-kan fill switch yang selanjutnya mengirimkan sinyal “clutch full” ke controller yang kamudian menaikkan clutch pressure.
Ada 8 buah ECMV di unit 530M : 7 ECMV untuk pengoperasian clutch transmisi dan 1 ECMV untuk pengoperasian Lock Up clutch.






         5.       Front And Rear Drive Shaft
Front dan rear drive shaft memiliki perbedaan dalam ukuran panjang dan designnya. Front drie shaft memiliki panjang tetap , kira-kira 47 cm. Rear drive shaft memiliki free-length = 101 cm dan installed-length = 96,1 cm (unit kosong) dan memiliki sebuah slip joint yang memungkinkan final drive ber-osilasi (turun – naik).

6.    DUMP BODY
Mud Flaps
Terbuat dari karet dan dipasang pada dump body dan berfungsi untuk melindungi komponen-komponen, hose-hose, dll. Dari terpaan lumpur yang terlempar akibat putaran roda.

Rock Edjector
Dipasang diantara dua roda belakang untuk mencegah agar batu atau material lain tidak nyelip diantara dua roda tersebut dan membuat rusak ban.

Body Up Retention Cable
Menahan dump body pada main frame saat posisi hoist up             untuk safety.

Body Guide
Menahan dump body pada posisinya saat dump body duduk di frame. Memiliki body guide wear plug yang bila aus sehingga gap antara body guide dengan wear plug-nya maks. 3 mm, maka wear plug-nya harus diganti.

Body Pad
Sebagai bantalan bagi dump body saat turun menyentuh main frame dan juga sebagai bantalan bagi dump body setelah duduk di frame.




7.    ENGINE
1.       Fan Clutch
Berfungsi menyetel kecepatan putar fan berdasarkan perubahan suhu engine coolant yang disensing oleh coolant temperature sensor, yang selanjutnya akan mengirimkan arus listrik ke proportional solenoid yang akan mengirimkan oil pressure ke fan clutch untuk mengengagedkan fan clutch tersebut secara proportional.
Untuk pendinginan fan clutch digunakan oli engine.

2.       Step Timing Control (STC)
Merupakan sistem injecksi fuel secara variabel, yang mendapat input sinyal dari tekanan fuel dari PT pump (Fuel Rail Pressure). STC akan memajukan timing injeksi saat starting dan beban ringan ; dan mengembalikan ke normal injeksi saat beban berat. Tujuan utama dari STC ini adalah untuk mengurangi polusi gas buang. Selain itu juga berguna untuk meningkatkan kualitas pembakaran dan mengurangi asap putih saat cuaca dingin, meningkatkan fuel effisiensi saat beban ringan. Komponen utama STC system ini adalah STC injektor dan STC valve.
Saat rpm rendah (beban ringan) fuel rail pressure rendah, STC vakve akan mengalirkan engine oil pressure ke STC injektor untuk memajukan timing injeksi.

3.       Rubber Damper
Berfungsi sebagai peredam kejutan bagi komponen torque converter dan transmisi akibat perubahan torsi engine saat akselerasi.

4.       Multicyclone Precelaner / Komaclone type Precleaner (Komatsu)
Precleaner yang terdiri dari susunan tabung yang didalamnya ada sirip berbentuk spiral yang menimbulkan aliran udara berbentuk siklon, sehingga melemparkan debu-debu yang dibawanya, untuk kemudian jatuh dan ditampung di mengkuk precleaner.


8.    CONTROL VALVE

       1.       Bleeddown Manifold
Bleeddown valve berfungsi meneruskan oli dari pompa ke steering accumulator, flow amplifier, steering control valve dan steering cylinder, juga mensuplay oli ke brake circuit.
Bleeddown manifold secara otomatis membleeding oli di steering accumulator secara otomatis ke tangki saat kunci kontak diposisikan dari ON ke  OFF.


         2.       Flow Amplifier
                   Melipatgandakan flow oli yang dari steering control valve menuju steering cylinder menjadi 7 kali lipat.


         3.       Steering Control Valve
Disebut juga orbitroll valve karena cara kerjanya : satu spool valve bergerak berputar di dalam spool valve yang lain. Berfungsi menakar jumlah oli dan mengarahkan aliran oli ke steering cylinder.


5.       Accumulator
Steering accumulator berfungsi mensuplay oli hidrolik ke steering circuit saat terjadi lost pressure (for emergency steering) dan menjaga kestabilan oil pressure di sirkuit steering sebesar 2750 Psi, sehingga operasi steering menjadi responsif.
Brake accumulator berfungsi kestabilan oil pressure di sirkuit brake sebesar 2750 Psi sehingga operasi brake menjadi responsif.


6.       Brake Valve
Brake system 530M adalah tipe Full Hydraulic , tidak menggunakan air pressure.
Brake valve disebut juga dual relay valve, dioperasikan secara mekanis (pedal brake) atau secara hidrolis saat automatic emergency brake. Brake valve mengontrol pressure yang dikirimkan ke front brake relay valve dan rear brake dual relay valve.


7.       Relay Valve
Relay valve mensuplay oil pressure ke masing-masing brake disc assembly berdasarkan input pressure dari service brake atau retarder brake.


8.       Retarder PPC Valve
Retarder PPC valve mengubah arus perintah dari RCM menjadi oil pressure yang akan diteruskan ke relay valve. RCM menerima input sinyal dari retarder lever.


9.       Hoist Pilot Valve
Hoist pilot valve terletak di brake cabinet. Hoist pilot valve spool posisi awalnya adalah di posisi HOLD. Hoist pilot valve dikontrol langsung oleh operator melalui lever dan cable. Hoist pilot valve juga dilengkapi dengan power down relief valve yang membatasi power down pressure sebesar 1500 Psi.


10.     Hoist Control Valve (Hasco Valve)
Terpasang di sisi luar dari frame sebelah kiri antara frame dengan hydraulic tank. Bekerja mengarahkan oli ke sisi bottom atau sisi head dari hoist cylinder berdasarkan sinyal input berupa perbedaan pressure (differential pressure) yang dikirim oleh hoist pilot valve. Hoist valve juga dilengkapi dengan power up relief valve yang membatasi power up pressure sebesar 2750 Psi. Saat hoist tidak dioperasikan maka oli akan dikirimkan ke rear brake cooling circuit.


9.    CABIN OPERATOR
       Cabin operator 530M memiliki struktur ROPS yang terintegrasi dengan cabin tersebut.



10.  FRONT AXLE, WHEEL & SUSPENSION
1.       A-Frame
Frame berbentuk huruf A yang menghubungkan front suspension dengan main frame. Dengan adanya A-frame, maka jarak roda dengan frame menjadi besar, sehingga turning radiusnya menjadi kecil (kelebihan Komatsu dibanding CAT).

2.       Front Suspension, Charging Valve, Discharging Valve, Air Bleed Valve
Sama dengan rear suspension.

3.       Front Brake Clutch
Tipe front brake adalah multiple disc brake. Front brake disc clutch didinginkan oleh oli. Brake cooling oil bertekanan rendah (65 Psi) diisolasi terhadap brake oil pressure yang bertekanan tinggi. Front brake cooling di control oleh front BCV. Saat tidak ada pengereman, 50 % oli brake cooling dikembalikan ke tangki. Selain untuk pendinginan, brake cooling oil pressure mengembalikan piston saat brake tidak dioperasikan.
4.       Tyre And Wheel
Tyre berdasar konstruksinya dibagi menjadi 2 type : bias tyre dan radial tyre. Pada bias tyre , lapisan-lapisan kain bannya (Ply) saling menyilang membentuk sudut (diistilahkan bias). Pada radial tyre, lapisan-lapisan kain bannya (biasanya terbuat dari nylon) tegak lurus dengan lingkaran bannya. Radial tyre memberikan keuntungan  memberikan stabilitas maksimum bagi kontak antara tread ban dengan permukaan jalan.
Struktur Ban :























                   Aspec ratio dinyatakan sebagai perbandingan antara tinggi ban dengan lebar ban dikali 100 %

11. ELECTRICAL SYSTEM
1.       Starting Motor
Starting motor pada unit 530M berjumlah 2 buah dan salah satunya dilengkapi dengan Prelub pump untuk pelumasan awal sesaat sebelum engine di start. Component Prelub system :
-        Pump
-        Pressure switch : Normally closed, terbuka saat ada oil pressure 2,5 Psi
-        Check Valve : Mencegah aliran oli balik ke prelub pump saat engione hidup
-        Timer solenoid : Mengontrol siklus prelub, mendapat power listrik dari starting switch dan grounded melalui pressure switch.
Saat engine sudah hidup , pressure switch diatas mencegah engine dapat  di start kembali.



2.       Alternator
Alternator berfungsi untuk men-charging battery di unit dan men-suplay arus listrik ke electrical system unit. Alternator yang dipakai adalah 24 V dan arus maksimum 100 A. Memiliki elektronik regulator yang jadi satu dengan alternator. Memiliki 1 terminal B, 1 terminal R dan ground yang langsung ke bodinya.

3.       Battery
Berfungsi mensuplay arus listrik ke starting motor untuk men-start engine. Unit menggunakan 24 volt untuk kebanyakan sistem listriknya (beberapa komponen menggunakan 12 V yang diambil dari tengah-tengah sambungan serie 2 battery) yang disuplay oleh 4 buah battery yang dihubung serie-parallel. Untuk memastikan seluruh battery di-charging dan di-discahrge dengan seimbang, digunakan battery equalizer.

4.       Controller
Terdapat 5 buah controller di unit 530M : ECM (Electronic Control Module) Centry , yang mengontrol power engine dengan mengontrol suplay fuel ke injector. ECM Cense, yang memonitor kondisi engine saat operasi. RCM (Retard Control & Monitor), yang mengontrol dan memonitor operasi retarder. ATC (Automatic Transmission Controller), yang mengontrol dan memonitor operasi automatic hydroshift transmission. PMC (Powertrain Management Controller), yang memanage operasi seluruh controller di unit yang outputnya ditampilkan di layar MOM (Maintenance & Operation Monitor).

5.       Realy & Relay Board
Fungsi relay adalah sbb : dengan arus control yang kecil kita dapat melalukan arus yang besar untuk mengoperasikan sebuah komponen. Ada banyak relay di unit 530M, yang dikumpulkan dalam sebuah relay board. Ada 6 buah relay board, 3 menggunakan circuit breaker (RB1, RB$, RB5) dan 3 lagi tidak menggunakan circuit breaker (RB6A, RB6B, RB6C).

6.       Solenoid Valve
Adalah komponen elektromagnetik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis (gerak maju mundur). Ada banyak solenoid valve di 530, spt : Bleeddown solenoid, retarder solenoid, dll.
7.       Sensor Switch
Adalah switch yang dioperasikan menggunakan sensor pressure, flow oli, leel oli, dll. Ada yang tipe NO (normally open) dan NC (Normally closed).




SELF LEARNING REMOVE & INSTALL
(TOOLS)


1.       Power Wrench
Untuk meringankan saat kita mengencangkan dengan torque tertentu atau melepas bolt/nut yang mempunyai kekuatan ikat besar.


















               
      
2.       Dial Gauge dan Magnetic Base
Alat untuk mengukur endplay, run out, kedalaman, diameter dsb. Satuan : mm atau Inchi.
Keakuratan : 0.01 – 0,001 mm.









3.       Fernier Calliper
Alat untuk mengukur panjang, dan diameter luar suatu komponen. Satuan : mm atau Inchi              
       Keakuratan : 0,05 mm










4.       Torque Wrench
Alat untuk mengencangkan bolt dan nut dengan torque tertentu. Satuan : Kgm, Lb ft.














5.       Depth Gauge
Alat untuk mengukur kedalaman satu permukaan terhadap permukaan yang lain pada suatu komponen.











6.       Impact Wrench
Digunakan untuk mengencangkan atau mengendorkan bolt, menggunakan power elektrik atau pneumatic. Electric impact wrench untuk pekerjaan pengencangan ringan, sedang pneumatic impact wrench untuk pekerjaan pengencangan berat. Impact wrench ada yang adjustable, dapat disetel sampai 5 level. Pneumatic impact wrench didesign bekerja pada pressure engin 5 – 7 kg/cm2 .









7.    Jack And Block
Jack berfungsi untuk mengankat unit pada ketinggian tertentu untuk memudahkan akses saat repair . Jack ada menggunakan tenaga hidrolik, kombinasi pneumatic dan hidrolik, mekanikal. Seluruh jack mempunyai kapasitas angkat maksimum yang disebut Safe Working Load (SWL) dalam satuan ton.
Block berfungsi untuk menahan posisi terangkat dari unit setelah diangkat oleh jack.









7.       Flexible Steel Wire rope sling
Wire rope dibuat dari sejumlah kawat yang dipilin bersama-sama membentuk untaian (strand), biasanya sebuah wire rope terdiri dari 6 untaian yang berpilin mengelilingi sebuah inti (core) dari bahan fiber. Kemampuan angkat maksimum sebuah wire rope ditentukan oleh SWL yang tertera pada label wire rope (satuan ton). Mengenai jenis pilinan pada wire rope ada 4 macam :
Regular lay : Z-lay (right lay), S-lay (left lay) ; dan Lang lay : Z-lay (right lay), S-lay (left lay).

















8.       Flat Webbing sling
Terbuat dari bahan Nylon atau Polyester. Digunakan untuk mengangkat komponent ang beresiko rusak (lecet atau penyok) akibat terjepit. Setiap  flat webbing sling  terdapat label SWL (satuan ton).











10.   Rantai (Chain)
          Pada umumnya bobot rantai lebih berat dibanding wire rope untuk daya angkat yang sama. Akan tetapi rantai mempunyai daya tahan lebih tinggi terhadap kondisi kerja dan tempat penyimpanan yang tidak memadai. Rantai harus dilengkapi dengan tag yang memuat data manufature, grade, SWL dan aplikasi.












11.   Shackle
Merupakan pelengkap untuk operasi pengangkatan. Ada 2 tipe utama shackle : D (Dee) shackle dan Bow shackle. Semua tipe shackle yang digunakan untuk mengangkat harus bertanda WLL (Weight Load limit : kemampuan angkat maksimum untuk aplikasi umum dalam ton)











12.   Eyebolt
Merupakan acessories untuk pengangkatan, dipasangkan pada blind hole di komponen. Eyebolt yang digunakan untuk mengangkat harus bertanda WLL (ton).





















13.   Hook
Dipakai berpasangan dengan eyebolt atau shackle untuk mengangkat suatu komponen.Pada Hook tertera WLL (kemampuan angkat tool tsb secara umum –beban tergantung secara vertikal) dalam ton.








14.    Chain Block and Lever Block
Alat angkat dengan kapasitas angkat tertera ½ ton sampai 20 ton












15.    Flow Meter
Alat ukur untuk mengukur laju aliran oli dalam satu sirkuit hidrolik. Diukur dalam satuan Liter per menit (LPM) atau Gallon per menit (GPM). Flowmeter dipasang pada output pompa atau control valve. Sebelum mengoperasikan hydraulic system, buka valve secara penuh untuk safety. Bebani hydraulic system untuk mencapai temperatur standard pengukuran, lalu lakukan pengukuran.


















16.     Oil Pressure Gauge
Alat untuk mengukur tekanan oli dengan satuan Kg/cm2, Mpa atau Psi. Pada tool PM-Clinic banyak terdapat pressure gauge. Oil pressure gauge (terisi glycerin) : 10, 25, 60, 400, 600 (Kg/cm2). Pressure gauge 60 Kg/cm2 (tanpa glycerin) untuk mengukur modulating pressure dan bersama-sama dengan stopwatch untuk mengukur modulating time.
        
















17.    Oiling Tool Kit For Suspension
Tool yang terdiri dari beberapa bagian yang berfungsi untuk mengisikan oli dengan tekanan kedalam silinder hydro-pneumatic suspension.



















18.    Nitrogen Charging tool Kit For Suspension
Tool yang terdiri dari beberapa bagian yang berfungsi untuk memasukkan gas Nitrogen bertekanan kedalam silinder hydro-pneumatic suspension.

























19.    Fixture
Spesial tool yang digunakan untuk mengikat jadi satu antara inner drum dan outer drum brake clutch dengan tujuan mencegah kerusakan pada floating seal saat proses remove and install brake clutch.














20.    Digital Multimeter/multitester
Merupakan aat ukur listrik yang dapat dipakai sebagai :
-        Voltmeter : untuk mengukur besar tegangan listrik
-        Ammeter  : untuk mengukur besar arus listrik
-        Ohmmeter : untuk mengukur besar tahanan/resistansi listrik
Display menunjukkan jumlah tegangan, ampere dan resistansi dengan skala desimal. Pemilihan tipe skala dilakukan dengan rotary switch. Terminal “COM” adalah untuk memasang kabel tes negatip.









1.       Cara menggunakan Ampere meter
Untuk mengukur arus listrik dalam sebuah circuit anda harus mennghubungkan ammeter serie dengan circuit.













2.       Cara menggunakan Voltmeter
Tegangan listrik berada pada dua titik dan tidak mengalir dalam circuit seperti halnya arus listrik, maka voltmeter tidak dipasangkan serie dengan circuit seperti ammeter. Oltmeter dipasang parallel terhadap dua titik dimana teganngan itu muncul













         3.       Cara menggunakan Ohmmeter
Untuk mengukur resistansi sebuah component atau circuit, sambungkan ohmmeter parallel terhada circuit atau component tersebut. Ada 2 point yang harus diperhatikan sebelum pengukuran : pertama, power dicircuit atau componen tersebut sudah dimatikan. Kedua, saat mengukur tahanan satu komponen, disconnect salah satu ujung komponen tersebut dari circuit agar resistansi sirkuit tidak mempengaruhi hasil pengukuran.








SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL 530M
(INSPECTION AND MEASUREMENT)


1.    FRONT AXLE, WHEEL AND SUSPENSION
1.      Charging Length of Front Suspension
Pengukuran dimensi rod suspensi saat proses charging gas Nitrogen. Diukur  dari bagian atas cover ke bagian atas plate silinder suspensi, menggunakan convex scale, std charging length = 287 + 10 mm.










2.      Front Wheel Hub Bearing Adjustment (Preload Adjustment)
1.   Pasang retainer (1) dengan empat buah capscrew  tanpa menggunakan shim. Putar hub 20 – 30 kali dan kencangkan ke-empat capscrew secara seragam sampai 11.0 + 0.5 kgm.
2.     Ukur dimansi A dari retainer ke ujung permukaan axle dengan depth micrometer (2). Ukur dimensi A di 2 tempat pada retainer dan ambil rata-ratanya.
3.     Lepas retainer (1) dan ukur ketebalannya (C) , kemudian pilih ketebalan shim yang sama dengan  B (B=A-C) + 0.3 mm.
4.     Berikan Thread tightener padaseluruh capscrew  dan pasang shim dan retainer (1). Putar hub 20 – 30 kali dan kencangkan capscrew secara seragam sampai torque 94.5 +10 kgm. Setelah pengencangan capscrew putar-putar hub ada abnormalitas atau tdak.
5.     Pasang O-ring pada cap wheel hub dan pasang wheel hub cap dan kencangkan dengan capscrew.

2.    CONTROL VALVE
1.       Spool Stroke Of Hoist Pilot Valve
1.    Posisikan hoist lever pada posisi Float. Lalu lepas capscrew (7)
2.    Kendorkan jam nut /lock nut (11), kemdorkan sleeve (10) sampai cotter pin (8) dan pin (9) terlihat.
3.    Ukur jarak dari tengah-tenga lubang cable attachment sampai permukaan valve body. Std = 29.5 mm.







3.    REAR SUSPENSION
Charging height of Rear Suspension
Pengukuran dimensi rod suspensi saat proses charging gas Nitrogen. Diukur  dari retainer ke bagian bawah rod suspensi, menggunakan convex scale, std charging length = 234 + 10 mm. Jangan terlalu tinggi karena akan membuat sudut rear drive shaft semakin besar.



4.    POWERTRAIN MODUL
1.       Allignment/Centering  Prosedure
Ketika engine assembly, torque converter dan transmisi assembly, atau drive shaft telah dilepas, allignment antara engine dan transmisi harus dicheck dan di-adjust.
Pasang allignment tool (2) pada coupling di ujung engine dan ujung torque converter.
Note : Untuk menaikkan transmisi, tempatkan shim antara mounting depan transmisi dengan bracket frame.
Sambil memutar coupling pada ujung torque converter, lakukan proses centering sedemikian rupa sehingga tool tersebut (2) berputar dengan smooth pada kedua shaft.
Note : Misallignment tidak boleh lebih dari 3.0 mm dalam arah atas – bawah dan kiri – kanan. Jika mereka tidak paralel, jarak pada titik dimana mereka terpisah paling jauh , tidak boleh melebihi 3.0 mm.



5.    ELECTRICAL SYSTEM
1.       Pengecekan Output Voltage Alternator
1.    Dengan seluruh accessories di unit dimatikan sambungkan voltmeter pada terminal output alternantor (“BAT”) dan ground ( - ) .
2.    Naikkan engine speed untuk mendapatkan pembacaan voltage maksimum.
3.    Jika voltage tidak dalam operating range 26 – 30 volt, lepas alternator untuk direpair.
Note :  Rotor normalnya memiliki kemagnetan untuk memberikan kenaikan tegangan saat engine distart. Setelah disassembly atau repair ada kemungkinan alternator tidak mengeluarkan voltage, karena tidak ada kemagnetan di rotor. Untuk itu kita harus mengembalikan kemagnetan itu dengan cara : Sambungkan terminal-terminal alternator ke battery, kemudian secara singkat sambungkan sebuah kabel jumper dari terminal positip battery ke terminal relay (R)(1).


2.      Pengecekan Starting Motor
Sebelum dipasangkan ke engine, periksa starting motor untuk memastikan armature berputar dengan smooth :
a.    Selipkan ujung obeng min. melalui bukaan di housing depan tempat pinion gear.
b.   Ungkit pinion gear untuk memastikan armatur dapat berputar dengan smooth.
c.    Jika armature tidak dapat berputar dengan smooth, starting motor harus di-disassembly.

3.      Pengecekan Battery
Level daripada elektrolit battery harus diperiksa secara periodik . Level elektrolit standard pada battery adalah 10 mm diatas plate battery. Bila kurang harus ditambahkan air destilasi.
Untuk mengetahui kondisi charging battery, dapat dilakukan dengan mengukur spesific gravity dari elektrolit battery tersebut. Spesific gravity adalah perbandingan BJ elektrolit dengan BJ air (tidak ada satuannya). Spesific gravity elektrolit pada battery full charge adalah 1,260 – 1,280 pada suhu 20o C. Bila battery mengalami proses dicharging, maka spesific gravity dari battery elektrolit akan menurun juga. Bila spesific gravity sudah tinggal 1,210 – 1,220 (kapasitas tinggal 75 %) pada suhu 20o C, sebaiknya battery harus dicharging kembali.
Pengukuran spesific gravity elektrolit battery dipengaruhi oleh perubahan suhu elektrolit. Untuk pengukuran spesific graity diluar suhu std 20o C harus di-adjust dengan rumus : S20 = St + 0,0007(t – 20).
S20 : spec. gravity di 20o C , St : spec. gravity di to C,  t : suhu aktual saat pengukuran.

4.      Relay and relay board
Ada 2 tipe relay board di unit 530M, tipe pertama memuat 4 buah relay yang dapat dipertukarkan (interchangable) dan dilengkapi circuit breaker. Kedua dapat memuat sampai 8 relay dan tidak dilengkapi circuit breaker.
Pada relay board tipe pertama dilengkapi 4 buah Lampu berwarna hijau (ada label K1, K2, K3, K4) dan 1 berwarna merah. Lampu-lampu hijau itu akan menyala bila ada relay yang terhubung dengan lampu-lampu itu ON. Bila lampu berwarna merah menyala (ON), itu menunjukkan ada sebuah circuit breaker pada relay board itu yang OFF (disconnect / trip).

5.      Solenoid Valve
Komponen utama solenoid adalah coil (lilitan kawat), dimana coil tersebut mempunyai besar tahanan tertentu. Untuk mengetahui kondisi dari coil tersebut, maka kita dapat mengecek tahanan coil tersebut dengan alat Ohmmeter. Bila tahanan yang terukur sesuai standard di shop manual berarti coil solenoid tsb bagus. Bila tahanan yang terukur tidak terhingga berarti coil tsb putus (open circuit). Bila tahanan yang terukur jauh lebih kecil dari standard, berarti coil tersebut short circuit. Bila kita ukur antara terminal-terminal connector coil dengan chasis, ada terukur tahanannya dengan besar tertentu (seharusnya tak terhingga), berati coil mengalami grounding.

       6.     Sensor switch
                   Sensor switch, yaitu switch yang ON atau OFF karena tekanan atau flow oli, ada yang memiliki 3 terminal : NO, NC dan COM.
Bila kita melihat sebuah sensor switch, dimana terminal yang terhubung dengan kabel adalah NO dan COM, berarti nomalnya saat tidak ada pressure atau flow oli, switch tersebut kondisinya adalah OPEN, saat ada pressure atau flow oli, switch tsb CLOSED. Untuk melakukan pemeriksaan sebuah sensor switch dengan menggunakan Ohmmeter, kita harus tahu apakah sensor switch tsb NO atau NC.

         7.       MOM
Setelah MOM diberi power listrik, muncul pesan dalam bahasa jepang yang artinya “start engine sekarang”. Selanjutnya muncul display  “ i1 “ selama 3 detik. Selanjutnya muncul display “ i2 INITIAL CHECK 1 “ . Item “PARKING BRAKE” muncul di layar jika parking masih dalam posisi release. Item “T/M SHIFT LEVER” muncul di layar jika shift lever tidak pada posisi neutral. Jika item –item diatas sudah dipenuhi muncul display “ENGINE START OK” . Setelah engine distart, muncul display “ i3 INITIAL CHECK 2 “. Item “STEERING PRESSURE TOO LOW” muncul di layar jika steering oil pressure masih dibawah std pressure. Item “ENG. DERATE ON”  muncul di layar ketika power engine mengalami penurunan akibat ada trouble di engine yang terdeteksi controller. Jika item-item diatas sudah dipenuhi muncul display “DEPARTURE OK”. Saat MOM mendeteksi unit sudah jalan, muncul display “ i4 NORMAL RUNNING “ , display ini akan muncul terus sampai kunci kontak diposisikan OFF – selama tidak ada trouble.


        



      







      
        


               





















6.    DUMP BODY
Pemeriksaan Kondisi Body Pad
Body pad harus diinspeksi setiap schedule maintenance, dan ganti jika rusak atau aus berlebihan.


Pemeriksaan Keausan Bushing & Pivot Pin
Periksa bushing (4) dan pivot pin, ganti bushing atau body pivot pin jika rusak atau aus berlebihan.


Pemeriksaan tebal shim Pivot pin
Total gap antara body pivot dan frame pivot adalah : 280.0 mm – 250.0 mm = 30.0 mm . Posisikan body pivot, sehingga frame pivot berada di tengah-tengah body pivot, sehingga masing-masing gap = 15.0 mm. Untuk mendapatkan tebal shim 15.0 mm , kombinasi shim harus seminimal mungkin (shim harus tebal-tebal).










Pemeriksaan keausan Body Guide Wear Plug
Body guide wear points (2) harus diinspeksi setiap kali body pad inspection dilakukan. Jika gapnya berlebihan, maka part penggantinya harus dipasang.












Pemeriksaan Rock Edjector
1.    Ujung rock edjector harus diposisikan di tengah-tengah kedua roda belakang. Dalam jarak 6.35 mm.
2.    Dengan posisi unit diparkir di temapat yang rata, rock edjector structure harus berjarak kira-kira 124 mm dari wheel spacer ring.
3.    Dengan rock edjector tergantung vertikal, tidak boleh ada gap antara rock edjector dengan bracket stoper.


7.    ENGINE
1.      Pengukuran End-play crankshaft (Dengan Damper)
Ukur endplay crankshaft (crankshaft end clearence) dengan menggunakan dial indicator. Pengecekan dapat dilakukan dengan memsang dial indicator pada front damper atau pulley, sambil diungkit menggunakan sebuah bar antara front cover dengan sisi dalam dari pulley atau front damper. End-play harus terbaca pada engine yang terpasang di unit dan sudah tersambung dengan transmisi atau torque converter. Jika clearence tidak terbaca, lakukan repair.













SELF LEARNING REMOVE AND INSTALL 530M

(TESTING, ADJUSTING & TROUBLE SHOOTING)

1.      DUMP BODY
1.      Body Pad Adjustment
1.    Unit harus diparkir di tempat yang rata, untuk dilakukan inspection.
2.   Seluruh pad, kecuali pad belakang pada masing-masing sisi, harus kontak ke frame dengan tekanan yang sama pada rubbernya.
3.   Harus ada gap kira-kira 1.5 mm antara pad belakang dengan frame. Ini dapat dilakukan dengan mengurangi masing-masing satu shim pada pad belakang saat pemasangan dahulu.
4.   Bila dari pemeriksaan terlihat bahwa pad belakang sudah kontak dengan frame. Ini menunjukkan bahwa kedua pad didepannya sudah mengalami keausan atau sudah berkurang tebalnya.


2.      Body Position Switch Adjustment
1.    Dengan dump body duduk sepenuhnya di frame, parking brake ON dan hoist lever posisi FLOAT, kendorkan switch mounting capscrew (6) atau magnet adjustemnt screw (3).
2.    Posisikan magnet dan/atau switch sampai sisi bawah magnet segaris dengan sisi atas switch; dan jarak proimity switch dengan magnet kira-kira 15 mm. Juga bisa diperiksa lewat warning lamp
Saat kunci kontak di-ON-kan.




       3.     Hoist Limit Switch Adjustment
              Sebelum adjustment, naikkan dump body sampai ketinggian yang diinginkan.
Kendorkan proimity switch (9) adjustment capscrew (8) dan gerakkan switch keatas dan kebawah untuk memposisikan sisi atas switch segaris dengan sisi bawah magnet(10). Kencangkan adjustment screw.
Bila perlu, kendorkan capscrew yang mengikat proximity switch ke mounting bracket, dan gerakkan switch kedalam atau keluar smapai dimensi “Y”  = 45 mm. Kencangkan capscrew.
Turunkan dump body.
Periksa operasi Hoist Up untuk memastikan hoist cylinder memanjang dan berhenti sebelum mencapai maksimum stroke.

                                                      
































2.    ENGINE
1.      Belt Tension Adjustment
Pasang belt tension gauge pada tengah-tengah belt antara dua pulley. Lakukan pengencangan adjusting screw sampai belt tension 600 – 650 lbf. Lalu kencangkan lock nut, torque : 28.5 kgm.








2.      PM – Clinic
PM – Clinic yang mengacu pada PM sheet Komatsu Jepang dapat dilihat di halaman belakang.


3.    REAR AXLE AND WHEEL
Adjustment Preload Bearing Final Drive
1.    Pasang retainer (2) tanpa shim secara temporer dengan screw (3)
2.    Putar hub 5 – 6 kali
3.    Kencangkan capscrew secara seragam sampai torque 17 + 1.0 kgm. Jika capscrew dikencangkan tanpa memutar wheel hub, bearing tidak akan duduk dengan benar dan preload yang tepat tidak akan didapat.
4.    Dengan menggunakan depth micrometer (1), ukur dimensi “c” antara ujung shaft dengan sisi luar retainer (2).
5.    Pasang tool fiture pada 3 tempat.
6.    Lepas retainer, dan ukur tebal “a” dari retainer. Ukur ketebalan shim “b” menggunakan formula :
(b = c – a) dan tambahkan 0.3 mm.
                   7.   Pasang shim yang telah ditentukan diatas, kemudian pasang retainer (2). Oleskan thread tightener pada capscrew (3) dan kencangkan sampai torque 94.5 kgm.
7.    Lepas tool fixture dari 3 tempat. Kencangkan capscrew pada tempat dimana tool tadi dilepas. Dengan torque  56 kgm.
8.    Putar wheel hub 5 – 6 kali dan kencangkan capscrew (2) secara seragam sampai pengencangan torque menjadi konstan. Setelah pengencangan capscrew, putar lagi wheel hub untuk memastikan bahwa putarannya smooth.


Bleeding Udara Pada Brake.
Lakukan prosedure bleeding udara pada port “Bleed Port” dibawah ini. Bleed paling luar untuk brake cooling  dan port sisi dalam untuk brake actuating circuit.




























Brake Performance
Bila diperlukan, dalam kondisi terbatas, kita dapat melakukan brake performance test seperti dibawah ini :
1.    Foot brake perfomance test
a.    Dengan unit diparkir pada tempat yang rata, tekan foot brake pedal.
b.   Pindahkan shift lever ke posisi D dan naikkan engine speed secara perlahan sampai 1560 rpm. Periksa bahwa unit tidak bergerak.

2.    Retarder brake performance  test
a.    Dengan uniot diparkir di tempat yang rata, gerakkan retarder lever full brake
b.   Pindahkan shift lever ke posisi D dan naikkan engine speed secara perlahan sampai 1560 rpm. Periksa bahwa unit tidak bergerak.

                   3.   Parking brake performance test
Dengan unit diparkir di tempat yang rata, posisikan parking brake ON
Gerakkan shift lever ke posisi selain N, periksa bahwa central warning lamp menyala.
Gerakkan shift lever ke posisi D dan naikkan engine speed lever secara perlahan sampai 1640 rpm. Cek bahwa unit tidak bergerak.

3.    Emergency brake performance test
a.    Dengan unit diparkir pada tempat yang rata, posisikan emergency brake switch ON.
b.   Pindahkan shift lever ke posisi D, dan naikkan engine speed secara perlahan sampai full throttle. Periksa bahwa unit tidak bergerak.
        
4.    POWERTRAIN MODUL
       Testing and adjusting prosedure dapa dilihat di halaman belakang.

5.    ELECTRICAL SYSTEM
1.      Wheel Speed Sensor Adjustment
Wheel speed sensor terpasang pada brake clutch di masing-masing roda, dan memberikan sinyal ke RCM.
1.    Jika sensor telah terpasang, kendorkan lock nut (2)  dan lepaskan sensor dari sensor mounting hole.
2.    Putar carrier sampai gigi gear segaris dengan tengah-tengah sensor mounting hole.
3.    Dengan hati-hati putar masuk sensor kedalam lubangnya sampai ujungnya menyentuh gigi gear.
4.    Putar balik sensor 5/8 putaran. Lanjutkan putaran sampai bagian yang rata dari sensor housing tegak lurus dengan arah putaran gear.
5.    Kencangkan lock nut.
6.    Pasang pelindung pada sensor connector.





2.       Battery Equalizer Test
Jika battery tidak dapat dicharging secara seimbang, atau problem lain ada muncul, lakukan test :
Periksa circuit breaker 12V dan 24V, jika open, tekan reset button.
Ukur tegangan di masing-masing terminal battery. Masing-masinh harus terukur 12 V. Jika tidak, cek tegangan :
Ukur tegangan antara terminal 24 dan terminal 12 di equalizer, catat hasilnya.
Ukur tegangan antara terminal 12 volt dengan terminal ground pada equalizer, catat hasilnya.
Perbedaan antara pengukuran step 3 dan 4 tidak boleh melebihi 0.75 V.


6.    CONTROL VALVE
1.      Ajustment Netra Position Hoist Pilot Valve
1.   Posisikan hoist control lever pada posisi FLOAT. Adjust pilot valve spool sampai titik tengah dari cable attachment hole berjarak 29.5 mm dari permukaan valve body.
2.   Sambungkan hoist cable dan pasang pin (9) dan cotter key (8).
3.   Putar sleeve (10) sampai kontak dengan body valve, pasang flange (6) dan ikat dengan capscrew (7)
4.   Start engine dan cek operasi hoist. Bila kerjanya belum bagus, adjust dengan memutar sedikit-demi sedikit sleeve (10). Setelah hasilnya bagus, ikat sleeve dengan lock nut (11)
2.       Hoist Up Relief Pressure Adjustment
1.    Pasang Pressure gauge 5000 Psi pada port block di sisi output hoist pump.
2.    Lepaskan connector elektrik pada hoist up limit switch atau OFF-kan circuit breaker switch CB 16.
3.    Start engine dan jalankan low idle
4.    Posisikan hoist lever pada posisi HOIST UP/POWER UP sampai hoist cylinder full stroke. Pressure pada kedua hoist pump harus mencapai kira-kira 2750 +  100 Psi. Jika pressure tidak tercapai adjust :
5.    Kembalikan hoist lever pada posisi FLOAT.
6.    Bleeding pressure pada hoist circuit.
7.    Lepas pipa kecil dan capscrew dari inlet section cover (2).
8.    Lepas cover dan spring (3) dari relief valve.
9.    Lepaskan lock nut pada relief valve (4) dan putar screw clockwise untuk menaikkan pressure dan counterclockwise untuk menurunkan pressure. ¼ putaran = 150 Psi.
10.  Pasang spring (3) dan cover (2) dengan O-ring yang baru (8) dan kencangkan capscrew (1).
11.  Cek kembali pressure.









3.      Power Down Relief Pressure Adjustment
1.    Pada engine low idle, posisikan hoist lever pada POWER DOWN.
2.    Pressure pada kedua pompa harus mencapai kira-kira 1500 Psi. Jika pressure tidak tercapai adjust :
3.    Untuk menaikkan pressure putar adjusting screw clockwise
4.    Untuk menurunkan pressure, putar adjusting screw counter clockwise







       4.     Pump Compensator Relief Pressure
1.    Pasang pressure gauge 5000 Psi di test port (6) pada bleeddown manifold.
2.    Start engine dan jalankan pada 1000 rpm. Pada pressure gauge harus terbaca 2750 Psi. Jika tidak tercapai, sambil engine hidup low idle, lakukan adjustment pada pump compensator relief valve.























       5.     Steering Relief Pressure
1.   Pasang pressure gauge 5000 Psi pada steering manifold.
2.   Start engine dan jalankan 1000 rpm.
3.   Putar steering wheel full ke kiri atau ke kanan dan pertahankan. Pada pressure gauge harus terbaca 2750 Psi. Jika pressure tidak tercapai lakukan adjustment :
4.   Pada flow amplifier, buka plug (2) dengan menggunakan allen key 8 mm.
5.   Masukkan allen key 5 mm untuk memutar adjustment screw clockwise atau counterclockwise.







7.    FRONT AXLE, WHEEL & SUSPENSION        
1.      Prosedure Oiling Front Suspension
1.    Parkir unit tanpa beban pada tempat yang rata, block roda dan pasang parking brake.
2.    Lepas cover dan bersihkan daerah sekitar charging valve (3) pada suspension.
3.    Pasang hydraulic jack (1) dibawah main frame dan naikkan jack sampai kontak dengan frame.
4.    Buang gas Nitrogen dari suspensi dengan mengendorkan discharge valve 1 putaran.
5.    Adjust hydraulic jack, sehingga dimensi A dari silinder 97 + 3 mm
6.    Setelah gan Nitrogen keluar semua, tutup discharge valve(6). Pasang oiling tool di tempat charging valve(5). Kendorkan air bleed plug (7) dan pompakan oli kedalam silinder sampai tidak ada lagi gelembung udara yabg keluar dari air bleed plug. Kencangkan air bleed plug 4.5 + 0.5 kgm.
7.    Lepas discahrge valve (6), kemudian terus pompakan oli sampai tidak adagelembung udara yang keluar dari discharge valve. Kencangkan discharge valve 4.5 + 0.5 kgm.
8.    Lepas oiling tool dan pasang charging valve dan kencangkan 4.5 + 0.5 kgm

2.      Prosedure Charging Nitrogen Front Suspension
1.    Naikkan terus hydraulic jack dan pasang charging stand pada bagian depan unit kiri dan kanan, sehingga charging height tercapai 287 + 10 mm.
2.    Buka valve pada tabung gas, dan cek pembacaan pressure pada gauge regulator (1)
3.    Pasang charging tool ke suspension
4.    Putar handle regulator (11) clockwise, set pressure pada gauge (2) ke pressure yang dibutuhkan. Kemudian
Buka valve (3 & 4) untuk mengisi suspension dengan gas Nitrogen.
5.    Charging silinder kiri dan kanan dalam waktu bersamaan. Periksa pembacaan pressure pada gauge (10) dengan menutup valve (4).
6.    Jaga charging height selama pengisian Nitrogen sampai charging perssure tercapai 400 Psi.








       3.     Kalibrasi PLM II
PLM harus dikalibrasi setelah : dipasang PLM baru, selesai charging suspensi, selesai penggantian suspension sensor, sekali sebulan secara teratur.
1.    Dengan engine running dan unit berhenti, tekan dan tahan switch CAL/CLR sampai “CAL” berkedip pada display.
2.    Jalankan unit sampai kecepatan mencapai 10 – 15 km/jam.
3.    Tekan switch CAL/CLR sekali lagi
4.    Jalankan terus unit sampai display kembali kt tampilan waktu hari itu.


8.    REAR SUSPENSION
Oiling Prosedure
1.    Parkir unit tanpa beban pada tempat yang rata dan pasang parking brake.
2.    Lepas coer dan bersihkan area sekitar charging valve.
3.    Pasang oiling spacer (1) antara stoper dan axle housing sehingga dimensi A = 154 + 3 mm.
4.    Buang Pressure Nitrogen dari suspension dengan mengendorkan discharge valve (6) satu putaran.
5.    Setelah gas Nitrogen habis, lepas discharge valve.
6.    Lepas charging valve   (5) dan pompakan oli sampai tidak ada glelembung yang keluar dari lubang discharge valve.
7.    Pasang discharge valve dan kencangkan 4.5 + 0.5 kgm
8.    Lepaskan oiling tool dan pasang charging valve dan kencangkan 4.5 + 0.5 kgm.





Nitrogen Charging Prosedure
1.   Naikkan chasis bagian belakang dengan menggunakan hydraulic jack, lalu pasang charging stand diantara stoper dan axle housing sehingga charging height tercapai = 234 + 10 mm.
2.   Buka valve pada tabung gas, dan cek pembacaan pressure pada gauge regulator (1)
Pasang charging tool ke suspension
Putar handle regulator (11) clockwise, set pressure pada gauge (2) ke pressure yang dibutuhkan. Kemudian
Buka valve (3 & 4) untuk mengisi suspension dengan gas Nitrogen.
Charging silinder kiri dan kanan dalam waktu bersamaan. Periksa pembacaan pressure pada gauge (10) dengan menutup valve (4).
Jaga charging height selama pengisian Nitrogen sampai charging perssure tercapai 273 Psi.





















9.    HOIST, STEEIRNG CYLINDER AND TIE-ROD
1.      Hoist Raising Speed
Periksa bahwa dump body benar-benar duduk di frame. Non aktifkan hoist limit function dengan meng-OFF-kan CB 16.
1.   Tekan accelerator pedal dan naikkan engine speed sampai full throttle
2.   Ukur waktu yang diperlukan untuk naik dari posisi dump body duduk di frame sampai akhir langkah hoist cylinder, std : 13 – 17 detik.




       2.     Hydraulic Drift Hoist Cylinder
1.   Gerakkan dump body lever ke posisi RAISE, naikkan dump body sampai silinder no. 2 memanjang sampai 200 mm, kemudian matikan engine.
2.   Tunggu selama satu menit, lalu ukur lagi panjang silinder no. 2
3.   Ukur kembali panjang silinder no. 2 setelah 5 menit. Std : 42.5 – 45.5 / 5 menit
Catatan :
Kenapa harus menunngu 1 menit untuk memulai pengukuran ?
Jika pengukuran dilakukan pada menit pertama, gelembung-gelembung udara didalam hoist cylinder akan pecah, dan itu akan membuat pengukuran yang akurat menjadi tidak mungkin


       3.     Steeirng turn time
              Permukaan tanah : rata, halus dan keras
              Tekanan angin ban : standard
1.   Start engine dan set AISS ke posisi AUTO untuk mendapatkan 1000 rpm.
2.   Operasikan steering wheel full ke kanan (ke kiri)
3.   Lalu putar steering wheel sampai full ke kiri (ke kanan) (putar secepat mungkin tanpa memaksakannya), dan ukur waktu yang diperlukan untuk memutar steering dari ujung ke ujung dengan stopwach. Std : maksimum 4.0 detik.








































6.    Foot Brake Pressure Test
1.    Pasang pressure gauge 5000 Psi pada : front brake test port (12), left rear brake test port (17), dan right rear brake test port (18).
2.    Injak pedal brake dengan penuh  pada pressure gauge harus terbaca : front brake : 2100  + 75 Psi, Left rear brake : 2100  + 75 Psi , right rear brake : 2100 + 75 Psi.

       7.     Retarder Brake Pressure Test
1.    Sama dengan langkah no. 1 diatas.
2.    Gerakkan retarder lever dengan penuh. Front dan rear brake pressure harus terbaca 1962 + 212 Psi.

       8.     Brake Lock Pressure Test
1.   Sama dengan langkah no. 1 diatas
2.   Operasikan brake lock switch. Rear brake harus terbaca 2000 + 100 Psi. Front brake pressure harus 0 Psi.

       9.     Parking Brake Pressure Test
1.   Pasang pressure gauge 5000 Psi pada PK2 port (13).
2.   Posisikan parking brake switch ON, pressure harus terbaca 2750 + 50 Psi. Posisikan parking brake switch OFF, pressure harus terbaca 0 Psi.





        
           




2 comments:

  1. Great blog nice n useful information , it is very helpful for me , I really appreciate thanks for sharing. I would like to read more information thanks.

    Carbon Brushes

    ReplyDelete